Suhu udara yang tidak biasa dirasakan warga Kabupaten Jember dalam beberapa hari terakhir. Suhu udara tercatat turun drastis hingga mencapai 19 derajat Celsius pada pagi hari. Fenomena suhu dingin ini membuat aktivitas sehari-hari warga menjadi terganggu. Menanggapi fenomena ini, Dr. Luffi Rohman, Dosen Pengajar S2 Fisika FMIPA UNEJ katakan penyebab suhu dingin karena dua faktor utama. Yakni posisi bumi yang sedang berada pada titik aphelion (titik terjauh dari matahari) dan curah hujan yang masih cukup tinggi. “Ketika bumi berada di titik aphelion, maka jarak antara bumi dan matahari mencapai titik maksimum, sehingga radiasi matahari yang diterima lebih sedikit. Di sisi lain, kelembaban yang tinggi akibat hujan juga memperkuat efek pendinginan di permukaan,” jelasnya.
Dijelaskan, Aphelion adalah salah satu titik dalam orbit elips bumi mengelilingi matahari, di mana jarak bumi dan matahari mencapai sekitar 152 juta kilometer, dibandingkan dengan titik perihelion (jarak terdekat) yang hanya sekitar 147 juta kilometer. “Curah hujan yang masih tinggi di wilayah Jember turut meningkatkan kelembaban udara, yang memperkuat efek pendinginan. Kombinasi antara radiasi matahari yang rendah dan kelembaban tinggi menciptakan suhu yang lebih dingin dari biasanya,” lanjut Lutfi. Menurutnya, suhu dingin ini umumnya terjadi pada pertengahan tahun dan merupakan fenomena alam yang wajar, namun tetap perlu diwaspadai dampaknya terhadap kesehatan masyarakat.
Ia mengimbau agar warga senantiasa mengenakan pakaian hangat, menjaga asupan gizi, serta membatasi aktivitas di luar rumah pada malam hari. “Bagi anak-anak, lansia, dan mereka yang memiliki penyakit tertentu, penting untuk memperhatikan kondisi tubuh dan tidak memaksakan diri beraktivitas di suhu rendah tanpa perlindungan yang cukup,” tambahnya saat ditemui di Ruang Dekanat FMIPA UNEJ. Fenomena suhu dingin ekstrem ini diperkirakan masih akan berlangsung beberapa waktu ke depan. Pemerintah daerah maupun layanan kesehatan diharapkan turut mengedukasi masyarakat agar lebih siap menghadapi perubahan cuaca yang cukup ekstrem ini.
Seperti yang diberitakan kanal berita youtube okezone.com, Warga mengeluhkan suhu dingin yang memaksa mereka mengenakan pakaian tebal, jaket berlapis, bahkan menutupi kepala demi menjaga kehangatan tubuh. Aktivitas sederhana seperti menyapu halaman pun kini dilakukan dengan pakaian serba tebal. “Biasanya pagi cuma pakai baju rumah, sekarang harus pakai jaket tebal karena dinginnya nggak tahan,” ujar salah satu warga Kaliwates, sambil menyapu halaman rumah.
Tak hanya para ibu rumah tangga, warga lainnya juga berusaha melawan dingin dengan berolahraga ringan seperti jogging dan jalan cepat saat pagi hari. Hal ini dilakukan sebagai upaya menjaga suhu tubuh tetap stabil. Meski begitu, suhu yang rendah ini tetap menimbulkan risiko kesehatan, terutama bagi mereka yang sensitif terhadap udara dingin, seperti penderita alergi dan gangguan pernapasan. Gejala yang banyak dikeluhkan di antaranya pilek, bersin-bersin, dan hidung tersumbat.
Sumber berita dan foto: okezone.com
https://www.youtube.com/watch?v=PPxtwhHOM3Q